? ??????????????Kawasaki? ????? ?? ???Rating: 4.3 (6 Ratings)??4 Grabs Today. 4234 Total Grabs. ??????Prev
iew?? | ??Get the Code?? ?? ?????BFF? ????? ?? ???Rating: 4.0 (106 Ratings)??4 Grabs Today. 3546 Total Grabs. ??????Preview?? | ??Get the Code?? ?? ???????Abstract Glory? ????? ?? ?? BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS ?

Tuesday, August 11, 2009

Persiapan Ramadhan

Persiapan Mental
Persiapan mental untuk puasa dan ibadah terkait lainnya sangat penting. Apalagi pada saat menjelang hari-hari terakhir, karena tarikan keluarga yang ingin belanja mempersiapkan hari raya, pulang kampung dll, sangat mempengaruhi umat Islam dalam menunaikan kekhusu’an ibadah Ramadhan. Dan kesuksesan ibadah Ramadhan seorang muslim dilihat dari akhirnya. Jika akhir Ramadhan diisi dengan i’tikaf dan taqarrub yang lainnya, maka insya Allah dia termasuk yang sukses dalam melaksanakan ibadah Ramadhan.

Persiapan ruhiyah (spiritual)
Persiapan ruhiyah dapat dilakukan dengan memperbanyak ibadah, seperti memperbanyak membaca Al-Qur’an saum sunnah, dzikir, do’a dll. Dalam hal mempersiapkan ruhiyah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan kepada umatnya dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan ‘Aisyah ra. berkata:” Saya tidak melihat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban” (HR Muslim).

Persiapan fikriyah
Persiapan fikriyah atau akal dilakukan dengan mendalami ilmu, khususnya ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan. Banyak orang yang berpuasa tidak menghasilan kecuali lapar dan dahaga. Hal ini dilakukan karena puasanya tidak dilandasi dengan ilmu yang cukup. Seorang yang beramal tanpa ilmu, maka tidak menghasilkan kecuali kesia-siaan belaka.

Persiapan Fisik dan Materi
Seorang muslim tidak akan mampu atau berbuat maksimal dalam berpuasa jika fisiknya sakit. Oleh karena itu mereka dituntut untuk menjaga kesehatan fisik, kebersihan rumah, masjid dan lingkungan. Rasulullah mencontohkan kepada umat agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan. Hal ini terlihat dari beberapa peristiwa di bawah ini :• Menyikat gigi dengan siwak (HR. Bukhori dan Abu Daud).• Berobat seperti dengan berbekam (Al-Hijamah) seperti yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim.• Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat Abdullah ibnu Mas’ud ra, agar memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut. (HR. Al-Haitsami).Sarana penunjang yang lain yang harus disiapkan adalah materi yang halal untuk bekal ibadah Ramadhan. Idealnya seorang muslim telah menabung selama 11 bulan sebagai bekal ibadah Ramadhan. Sehingga ketika datang Ramadhan, dia dapat beribadah secara khusu’ dan tidak berlebihan atau ngoyo dalam mencari harta atau kegiatan lain yang mengganggu kekhusu’an ibadah Ramadhan.

Merencanakan Peningkatan Prestasi Ibadah (Syahrul Ibadah)
Ibadah Ramadhan dari tahun ke tahun harus meningkat. Tahun depan harus lebih baik dari tahun ini, dan tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu. Ibadah Ramadhan yang kita lakukan harus dapat merubah dan memberikan output yang positif. Perubahan pribadi, perubahan keluarga, perubahan masyarakat dan perubahan sebuah bangsa. Allah SWT berfirman : « Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri » (QS AR- Ra’du 11). Diantara bentuk-bentuk peningkatan amal Ibadah seorang muslim di bulan Ramadhan, misalnya; peningkatan, ibadah puasa, peningkatan dalam tilawah Al-Qur’an, hafalan, pemahaman dan pengamalan. Peningkatan dalam aktifitas sosial, seperti: infak, memberi makan kepada tetangga dan fakir-miskin, santunan terhadap anak yatim, beasiswa terhadap siswa yang membutuhkan dan meringankan beban umat Islam. Juga merencanakan untuk mengurangi pola hidup konsumtif dan memantapkan tekad untuk tidak membelanjakan hartanya, kecuali kepada pedagang dan produksi negeri kaum muslimin, kecuali dalam keadaan yang sulit (haraj).

Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrut Taubah (Bulan Taubat)
Bulan Ramadhan adalah bulan dimana syetan dibelenggu, hawa nafsu dikendalikan dengan puasa, pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka. Sehingga bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat kondusif untuk bertaubat dan memulai hidup baru dengan langkah baru yang lebih Islami. Taubat berarti meninggalkan kemaksiatan, dosa dan kesalahan serta kembali kepada kebenaran. Atau kembalinya hamba kepada Allah SWT, meninggalkan jalan orang yang dimurkai dan jalan orang yang sesat.Taubat bukan hanya terkait dengan meninggalkan kemaksiatan, tetapi juga terkait dengan pelaksanaan perintah Allah. Orang yang bertaubat masuk kelompok yang beruntung. Allah SWT. berfirman: “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS An-Nuur 31).Oleh karena itu, di bulan bulan Ramadhan orang-orang beriman harus memperbanyak istighfar dan taubah kepada Allah SWT. Mengakui kesalahan dan meminta ma’af kepada sesama manusia yang dizhaliminya serta mengembalikan hak-hak mereka. Taubah dan istighfar menjadi syarat utama untuk mendapat maghfiroh (ampunan), rahmat dan karunia Allah SWT. “Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (QS Hud 52)

Menjadikan bulan Ramadhan sebagai Syahrut Tarbiyah, Da’wah
Bulan Ramadhan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para da’i dan ulama untuk melakukan da’wah dan tarbiyah. Terus melakukan gerakan reformasi (harakatul ishlah). Membuka pintu-pintu hidayah dan menebar kasih sayang bagi sesama. Meningkatkan kepekaan untuk menolak kezhaliman dan kemaksiatan. Menyebarkan syiar Islam dan meramaikan masjid dengan aktifitas ta’lim, kajian kitab, diskusi, ceramah dll, sampai terwujud perubahan-perubahan yang esensial dan positif dalam berbagai bidang kehidupan. Ramadhan bukan bulan istirahat yang menyebabkan mesin-mesin kebaikan berhenti bekerja, tetapi momentum tahunan terbesar untuk segala jenis kebaikan, sehingga kebaikan itulah yang dominan atas keburukan. Dan dominasi kebaikan bukan hanya dibulan Ramadhan, tetapi juga diluar Ramadhan.

Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrul Muhasabah (Bulan Evaluasi)
Dan terakhir, semua ibadah Ramadhan yang telah dilakukan tidak boleh lepas dari muhasabah atau evaluasi. Muhasabah terhadap langkah-langkah yang telah kita perbuat dengan senantiasa menajamkan mata hati (bashirah), sehingga kita tidak menjadi orang/kelompok yang selalu mencari-cari kesalahan orang/kelompok lain tanpa mau bergeser dari perbuatan kita sendiri yang mungkin jelas kesalahannya. Semoga Allah SWT senantiasa menerima shiyam kita dan amal shaleh lainnya dan mudah-mudahan tarhib ini dapat membangkitkan semangat beribadah kita sekalian sehingga membuka peluang bagi terwujudnya Indonesia yang lebih baik, lebih aman, lebih adil dan lebih sejahtera. Dan itu baru akan terwujud jika bangsa ini yang mayoritasnya adalah umat Islam kembali kepada Syariat Allah. []

Tuesday, August 4, 2009

Antara Jenis-Jenis Wau

WAU KUCING



WAU KENYALANG


WAU HELANG

WAU DAUN



WAU BULAN




Seni Wau...

Permainan tradisional??? wau???? sesuatu yang aku pandang enteng selama ni...bagi aku zaman makin maju, dunia kian berubah, begitu juga permainan...mungkin kerana aku dilahirkan sebagai seorang perempuan maka aku kurang berminat permainan wau. Apatah lagi aku seolah-olah buta dalam seni wau,kerana aku tidak tahu langsung tentang wau,,jenis-jenis wau juga aku tak tahu...hanya aku tahu wau bulan...

namun siapa sangka, kuasa Allah maha agung, kerana aku sekarang berusaha menyiapkan thesis aku yang bertajuk PERISTILAHAN DALAM PROSES PEMBUATAN WAU...bayanagkan dari seorang yang tak tahu dan x minat tentang wau, kini sudah banyak yang aku tahu tentang wau....

siapa cakap permainan trasisional tak penting....bagi aku kini, wau merupakan warisan yang sangat berharga dan sepatutnya dihargai oleh masyarakat yang serba moden ini...sebenarnya seni wau sanagt unik, cantik dan mempunyai nilai estetika yang begitu tinggi...aku juga ingin berkongsi maklumat tentang seni wau kepada sesipa juga yang mencintai permainan tradisional terutama wau....

Latar Belakang Wau
Perkataan “wau” dikatakan berasal dari perkataan Thailand memandangkan negeri seperti Kelantan, Terengganu, Perlis dan Kedah menggunakan perkataan tersebut.

Perkataan layang-layang pula digunakan di kebanyakan negeri-negeri seperti di Pantai Barat dan Selatan Semenanjung Malaysia seperti Selangor, Melaka dan Johor. Ini dapat dibuktikan menerusi catatan Tun Seri Lanang yang menyatakan bahawa Raja Ahmad bermain layang-layang bersama pemuda-pemuda serta kerabat DiRaja, dan tidak pula disebut bermain wau.
Selain itu kemunculan nama wau juga dikaitkan bunyi yang terhasil daripada busur yang diikat pada wau. Apabila dinaikkan ke udara, daun ibus yang dipasang pada busur tersebut akan menghasilkan bunyi “wau’, “wau’, “wau’ secara berirama.


Permainan layang-layang atau wau amat digemari oleh penduduk-penduduk kampung. Permainan ini dimainkan semenjak lebih 500 tahun yang lalu. Wau masih digemari dan dimainkan di kawasan-kawasan seperti Kelantan, Terengganu, Kedah dan Perlis. Musim bermain wau adalah buluh yang diraut halus yang ditampalkan dengan kertas berwarna mengikut bentuk rangka. Wau bukan sahaja dimainkan tetapi dipertandingkan yang dititikberatkan ialah kecantikan rupa, kemerduan bunyi dan tinggi serta keindahan naiknya.
Permainan wau atau pun lebih dikenali layang-layang suatu ketika dahulu lebih popular di kawasan pedalaman seperti di kawasan pantai dan kawasan lapang seperti di padang, sawah padi dan sebagainya.


Kini permainan tersebut telah mulai popular dan diminati oleh pelbagai kaum termasuklah mereka yang menetap di kawasan bandar. Bukan itu sahaja, ia telah diperkenalkan hingga ke peringkat antarabangsa seperti di Pasir Gudang Kite Festivals International Guests yang diadakan pada setiap tahun. Sambutan festival ini juga sangat memberangsangkan terutamanya peserta dari luar negara.


Sejarah Wau Malaysia
Kedatangan permainan wau di Malaysia tidak dapat dipastikan kesahihan tarikh serta asal-usulnya. Walau bagaimanapun menurut sejarahwan Clive Hart, layang-layang di Malaysia berasal dari negara China. Ini kerana rekabentuk serta karektor mempunyai persamaan dengan layang-layang tradisional dari negara China.Layang-layang pada masa dahulu menggunakan daun kayu yang lebar. Kemungkinan evolusi layang-layang di Malaysia juga turut menyerap unsur-unsur kebudayaan dari negara China.


Mitos Permainan Wau
Permainan wau dikaitkan dengan mitos ‘Semangat Padi’ yang berasal dari utara Semenanjung Malaysia iaitu di negeri Kedah.
Diceritakan bahawa ada sepasang suami isteri di negeri tersebut yang bekerja sebagai petani di sebuah kaki bukit dengan menanam padi huma. Ketika mereka sedang menanam padi, mereka terjumpa seorang bayi perempuan lalu dipeliharanya bayi tersebut sehinggalah dewasa. Oleh kerana suaminya ingin mengucapkan syukur dan terlalu menyayangi anak gadisnya itu maka beliau selalu membawakan makanan ke tempat anak gadisnya bermain iaitu di baluh padi.


Perbuatan suaminya itu telah menyebabkan sang isteri merasa sangat cemburu. Disebabkan perasaan cemburunya itu dia telah menyiksa anak gadisnya sehingga melarikan diri mengikut arah mata angin barat. Akibatnya, pada tahun itu juga padi yang telah dikerjakan tidak menjadi. Menurut Tok Nujum yang ditemui menyatakan bahawa anak gadis mereka sebenarnya adalah ‘Semangat Padi’ dan menasihatkan petani tersebut sebagai tanda meminta maaf mereka dikehendaki membuat sebuah lembaga yang menyerupai Wau Bulan dan diterbangkan menggunakan tali jerami.